Republik Dominika secara mengejutkan mengimpor 6.000 kilogram daun belimbing dari Indonesia pada 2024. Nilai ekspor pun melesat hingga US$52.900, dari nol sama sekali pada periode 2019-2023. Langkah ini sekaligus mengukuhkan negara di Karibia itu sebagai pembeli terbesar baru untuk komoditas yang selama ini jarang diperhatikan.
Kinerja ekspor daun belimbing Indonesia secara keseluruhan memang menunjukkan lompatan mencolok. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor daun belimbing mencapai US$62.576 dengan volume 8.769 kg pada 2024.
Ini berarti ada kenaikan lebih dari 1.058% dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencatat ekspor senilai US$5.400 dan volume 2.125 kg. Ini bukan sekadar lonjakan, melainkan sinyal kuat bahwa dunia mulai membuka mata pada potensi tropis Indonesia yang terlupakan.
Jika menilik tren sejak 2019, ekspor daun belimbing terbilang fluktuatif dan nyaris tak terdengar gaungnya. Nilainya sempat menyentuh US$1.728 (568 kg) pada 2019, lalu terus menurun hingga hanya US$572 (152 kg) pada 2021. Baru pada 2022 dan 2023 terlihat pemulihan, tapi tetap kecil. Maka, capaian 2024 ibarat revolusi diam-diam: lonjakan yang mengubah peta dagang rempah dan herbal kita.
Fenomena ini terjadi di tengah gelombang global yang makin menggandrungi pengobatan natural dan bahan fungsional. Negara-negara non-tradisional seperti Dominika kini menoleh ke Asia Tenggara, mencari sumber bahan alami yang minim rekayasa. Indonesia, sebagai gudangnya tanaman tropis, mulai masuk radar. Daun belimbing-dengan kandungan antioksidan, efek antihipertensi, dan antiinflamasi-menjadi jawaban atas permintaan itu.
Ada pula kemungkinan peran tak kasat mata dari diaspora, investor farmasi, hingga dukungan pemerintah yang membuka jalur diplomatik dagang ke pasar-pasar nontradisional.
Jika dirancang dengan strategi jangka panjang, ekspor seperti ini bisa berkembang jadi kontrak dagang tetap yang menopang petani lokal dan pelaku industri herbal dalam negeri.
Tantangan ke depan adalah konsistensi mutu dan volume. Indonesia juga perlu segera memetakan potensi pasar lain di Karibia dan Amerika Latin sebelum negara pesaing seperti Thailand atau Vietnam mencium peluang serupa.
Hal ini diungkap oleh Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi, di mana implementasi kebijakan Zero ODOL sejatinya sudah berlangsung sejak 2017.
“Sejatinya, kebijakan Zero ODOL sudah ada sejak 2017, tapi hingga saat ini, implementasinya belum berjalan sebagaimana mestinya,” kata Dudy saat memberikan paparannya dalam acara diskusi terkait penanganan ODOL di Habitate, Kamis (26/6/2025).
Di 2017, pemerintah telah menyiapkan roadmap penanganan truk ODOL yang rencananya berlaku efektif pada 2018.
Namun nyatanya, implementasi tersebut tidak dilanjutkan sejak 2018 hingga saat ini. Pada 2017, para supir truk juga menolak kebijakan tersebut. Begitu juga saat ini, gelombang penolakan juga masih terjadi di para supir truk.
“Namun demikian pada tahap tahun 2017 tersebut kemudian ada keberatan dari pihak pengemudi khususnya mengenai pemberlakuan kebijakan yang sudah disepakati zero-odol pada 2017,” ujar Dudy.
“Jadi ketika sudah disepakati kemudian langsung ada penindakan, mereka minta pada saat itu agar ditunda sampai 2018. Kemudian di 2018 ditunda lagi dan terus berlangsung hingga sampai saat ini, yang mestinya diberlakukan pada 2023,” tambah Dudy.
Dudy menambahkan bahwa sejatinya aturan Zero ODOL sudah masuk dalam Undang-undang (UU) Lalu Lintas dan Jalan Tahun 2009. Dengan demikian, maka implementasinya sudah molor hingga 16 tahun.
“Pengaturan mengenai truk ODL sudah ada dari 2009, Undang-Undang 26 dan 22 Tahun 2009 mengenai Lalu Lintas dan Jalan jalan. Jadi bisa dibayangkan bahwa pengaturan odol ini sudah berjalan sedemikian lama tapi tidak kita laksanakan sebagaimana mestinya, hingga 16 tahun,” ujarnya lagi.
Dampak dari molornya implementasi kebijakan ini membuat angka kecelakaan lalu lintas terus bertambah tiap tahunnya.
Dudy merinci sudah ada sebanyak 27.337 kejadian kecelakaan lalu lintas yang melibatkan angkutan barang pada 2024.
Sedangkan, angka korban tewas sepanjang 2024 mencapai 6.000 orang.
“Jadi, inilah yang menyebabkan kita merasa sangat peduli terhadap aspek utamanya adalah aspek keselamatan. Dengan jumlah yang meninggal yang cukup banyak, itu kita harus peduli terhadap hal ini,” ungkapnya.
“Kami bisa memahami apa yang menjadi concern dari para pengemudi. Tapi kami juga harus bisa memahami apa yang terjadi dengan masyarakat dengan hilangnya nyawa yang cukup banyak,” tutupnya.
Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo menyampaikan, transformasi digital BNI bukan sekadar adopsi teknologi, tetapi juga berfokus pada peningkatan pengalaman nasabah yang lebih personal, relevan, dan berkelanjutan.
“Transformasi digital kami tidak hanya berorientasi pada teknologi, tetapi juga bagaimana menciptakan pengalaman nasabah yang lebih personal dan berkelanjutan,” kata Okki dalam keterangan tertulisnya, Rabu (25/6/2025).
Salah satu inovasi utama BNI dalam ranah digital adalah aplikasi perbankan digital wondr by BNI, yang berhasil mencatatkan pertumbuhan signifikan baik dari sisi jumlah pengguna maupun volume transaksi.
Per Maret 2025, total pengguna digital banking BNI telah mencapai 24,4 juta, tumbuh 53,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai transaksi yang dihasilkan juga melonjak menjadi Rp764,3 triliun secara tahunan (yoy).
“Kami terus mengembangkan fitur-fitur baru di wondr by BNI untuk memastikan pengguna memiliki alasan kuat untuk terus kembali,” tambah Okki.
Peningkatan jumlah pengguna dan volume transaksi ini juga berdampak langsung pada pertumbuhan dana tabungan BNI yang meningkat 10,2% yoy, memperkuat struktur dana murah alias current account savings account (CASA) dan menjaga biaya dana (cost of fund) tetap efisien.
Dari sisi frekuensi transaksi, saluran digital BNI mencatatkan lonjakan signifikan. Pada kuartal I-2025, jumlah transaksi digital mencapai 501 juta, naik dari 318 juta transaksi pada kuartal I-2024. Rinciannya, 283 juta transaksi berasal dari BNI Mobile Banking dan 218 juta dari wondr by BNI.
“Frekuensi transaksi yang tinggi di kanal digital mendorong likuiditas yang lebih stabil dan efisien, sehingga memperkuat struktur CASA kami,” jelas Okki.
Transformasi digital BNI tidak hanya menyasar nasabah ritel, tetapi juga segmen korporasi melalui platform BNIdirect. Per Maret 2025, jumlah pengguna BNIdirect tumbuh 7,2% yoy menjadi 188.000 pengguna, dengan total transaksi melonjak 16,4% menjadi 337 juta. Kontribusi dari platform ini turut mendorong peningkatan saldo rekening giro sebesar 3,4% dan memperbaiki COF sebesar 20 basis poin.
“Kami percaya bahwa transformasi digital yang menyeluruh, baik untuk nasabah ritel maupun korporasi, menjadi kunci utama dalam menjaga efisiensi dan daya saing jangka panjang,” tegas Okki.
Berkaca dari konflik yang terjadi di Timur Tengah belakangan ini, tentunya akan memiliki dampak terhadap harga minyak mentah dunia. Apalagi, Iran berencana menutup Selat Hormuz-selat peredaran minyak, LNG hingga BBM.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Periode 2016-2019 Arcandra Tahar mengungkapkan, dari konflik Timur Tengah, memiliki dampak atas harga minyak dunia.
Nah, sementara ada tiga negara penghasil minyak terbesar di Dunia yang memiliki sudut pandang berbeda mengenai harga. “Tiga negara, yang tiga terbesar, Amerika, Rusia, dan Arab Saudi, itu punya karakter yang berbeda dalam melihat harga minyak,” jelasnya kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Selasa (24/6/2025).
Khusus AS, kata Arcandra, negara tersebut melihat harga minyak dunia tidak boleh berada di bawah level US$ 70 per barel, namun tidak boleh juga melebihi level US$ 100 per barel. Alasannya, titik impas penjualan minyak oleh Negeri Paman Sam tersebut berada di level US$ 40-50 per barel, sedangkan negara tersebut tidak memberikan subsidi terhadap minyak mentah.
“Sewaktu pengumuman tarif kemarin harga di US$ 63-65. Wah, itu bisa limbung. Yang independent all company di Amerika bisa limbung. Tapi, menurut feeling saya, Amerika juga tidak menginginkan negara-negara US$ 100. Kenapa? Karena di sana tidak ada subsidi. Setiap harga yang tinggi itu masuk ke market dan masyarakat menanggung itu. Mereka sedang berjuang melawan inflasi,” ujarnya.
Sementara Rusia menginginkan harga bisa lebih dari US$ 100 per barel. Kenapa? Karena Negeri Beruang Merah tersebut memiliki ongkos produksi yang lebih murah yakni US$ 30 per barel. Ditambah lagi adanya subsidi untuk produksi minyak.
“Kalau harga, dia biasanya ngasih diskon sekarang itu bisa US$ 20-30 (per barel), kalau dia kasih diskon US$ 30, harga produksi US$ 30, tambah diskon US$ 30 berarti dia harus menjual minimum US$ 60, maka dia juga tidak mau harga di bawah US$ 75. Terlalu tipis buat Rusia, karena harga diskon tadi. Tapi kalau di atas US$ 100 dia oke. Jauh, semakin tinggi semakin oke, karena dia harus ngasih diskon tadi US$ 20-30 per barrel. Jadi kalau di atas US$ 100, dia oke sekali,” paparnya.
Terakhir, Arab Saudi dalam melihat harga minyak mentah dunia berbeda dibandingkan kedua negara yang sudah disebutkan. Arcandra mengungkapkan Arab tidak memiliki masalah sama sekali terhadap harga minyak. Hal itu dinilai lantaran biaya produksi minyak mentah di negara tersebut di bawah US$ 20 per barel yang artinya jika harga minyak dunia anjlok, Arab tidak khawatir akan hal tersebut.
Jika harga minyak melonjak mencapai US$ 100 per barel, Arab juga tidak masalah lantaran kebutuhan minyak di negara tersebut sedikit.
“Arab Saudi, ini Arab Saudi ini yang sangat robust. Atas boleh, bawah boleh, karena ongkos produksinya belasan dolar per barrel. US$ 10-11 atau berapa. Jadi kalau harga US$ 20 pun, US$ 30 pun, Arab Saudi masih oke. Di atas US$ 100 pun tidak apa-apa, karena apa? Dia subsidi di sana. Kebutuhan di dalam negeri kecil. Jadi rakyatnya pun, kalau di atas US$ 110-120, dia oke,” tandasnya.
Berdasarkan data Refinitiv pukul 10:00 WIB, harga Brent kontrak Agustus 2025 berada di US$ 69,71 per barel, ambles 2,48% dari sehari sebelumnya. Sementara itu, minyak mentah acuan AS, WTI, juga longsor ke US$ 66,71 per barel, merosot 2,63% dibandingkan Senin. Ini menjadi kelanjutan dari aksi jual brutal pada perdagangan sebelumnya, di mana kedua kontrak minyak sempat anjlok lebih dari 7%.
Hal itu setelah Donald Trump mengumumkan adanya gencatan senjata antara Israel dan Iran, harga minyak dunia pun kembali melesu, setelah beberapa hari lalu mengalami lonjakan, terutama sejak perang kedua negara tersebut pecah.
Dalam pengumuman resminya, Trump menyebut bahwa kesepakatan damai akan berlangsung bertahap: dimulai oleh Iran, disusul oleh Israel 12 jam kemudian. Pengumuman Trump ini memupus kekhawatiran pasar akan gangguan pasokan dari kawasan Timur Tengah.
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan menjelaskan bahwa level tekanan yang terjadi masih dalam rentang yang aman.
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Deni Surjantoro mengatakan bahwa pemerintah terus melakukan koordinasi lintas kementerian dan lembaga.
Termasuk dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan yang secara reguler memantau berbagai perkembangan kondisi global yang memberikan resiko bagi perekonomian dan sektor keuangan Indonesia.
“Secara reguler juga dilakukan asesmen bersama di dalam KSSK untuk mengukur potensi risiko dari berbagai perkembangan, terutama global terhadap ekonomi dan pasar keuangan Indonesia,” ujar Deni dalam keterangan resmi dikutip Senin (23/6/2025).
Deni pun menjelaskan bahwa ketegangan yang terjadi belum memberikan dampak yang signifikan baik terhadap perekonomian maupun kinerja industri jasa keuangan dalam negeri termasuk terhadap kinerja fiskal. Juga dari sisi rambatan ke dalam negeri melalui tekanan harga minyak terhadap inflasi.
“Masih terdapat ruang fiskal untuk menyerap risiko inflasi terhadap domestik melalui kebijakan Pemerintah tersebut. Fungsi APBN sebagai shock absorber masih dapat berjalan dengan baik,” ujarnya.
Deni pun menjelaskan bahwa harga minyak mentah saat ini pun masih berada di bawah asumsi yang digunakan untuk APBN 2025. Yakni, US$ 82 per barel. Harga minyak Brent di akhir pekan ini masih di US$ 77,27 (eop) dan rata-rata ytd ICP masih ada di bawah US$ 73 per barel.
“Sehingga masih terdapat ruang fiskal untuk meredam rambatan inflasi,” ujarnya.
Tak hanya itu, kepercayaan investor terhadap sovereign instrument yaitu SBN juga masih terjaga, meskipun terjadi outflow namun dari sisi tekanan terhadap harga (kenaikan yield) masih sangat terbatas.
“Pemerintah terus mewaspadai risiko global dan transmisinya pada perekonomian domestik, dengan menyiapkan langkah-langkah mitigasi awal dan mengoptimalkan peran APBN sebagai shock absorber,” ujarnya.
Para pedagang logam mulia di Gold Center Cikini, Jakarta Pusat menceritakan kondisi penjualan saat ini yang relatif normal dibandingkan dua bulan lalu.
“Masih sih, masih banyak yang beli. Justru kemarin pas lagi naik, banyak yang beli. Justru sekarang agak turun, malah yang biasa aja belinya,” ucap Isma salah satu pedagang emas kepada CNBC Indonesia pada Jumat (20/6/2025).
Isma juga mengatakan salah satu alasan saat ini pembeli emas kembali normal adalah konsumen lebih mencari emas saat harga tinggi dibandingkan saat harga emas bergerak normal atau terkoreksi.
“Justru pas lagi tinggi, belinya rebutan. Dan pas harga udah normal, udah biasa aja nggak yang rebutan,” ucapnya.
Ia juga mengatakan bahwa kebanyakan konsumen membeli emas seberat 5 gram pada normalnya. Namun saat tren kemarin, dirinya menerima pembelian emas bisa lebih dari jumlah tersebut, “Bisa 10, 25, 100, 50 (gram).”
Senada dengan Isma, Nendia salah satu penjual emas juga mengalami hall yang sama. Mulai ada normalisasi penjualan emas saat ini. Meskipun melandai, ia mengatakan secara umum tren penjualan emas masih lebih kuat tahun ini ditimbang tahun kemarin.
“Kalau dibandingin yang kemarin (tren borong emas setelah lebaran) lebih banyak kemarin. Tapi daya beli emas ya masih tinggi walaupun tidak seheboh yang kemarin (tren borong emas setelah lebaran),” ucap Nendia kepada CNBC Indonesia pada Jumat 20/6/2025).
Di sisi lain, terjadi buyback emas atau penjualan kembali emas oleh masyarakat. Penyebabnya adalah harga emas yang tinggi sehingga menjadi peluang mengeruk keuntungan dari jual emas yang telah investasi lama.
Salah satu investor yang tidak ingin disebutkan namanya mengaku menjual emas yang disimpan sejak 2017 saat harga tinggi.
“Saya simpan sejak 2017. Awalnya mau buat tabungan tapi lihat harga emas mahal jadi dijual (emas),” ucapnya pada Jumat (20/6/2026).
Nendia mengatakan, perak justru kini menjadi alternatif masyarakat untuk investasi saat harga emas melonjak tinggi. Pasalnya harga perak lebih murah ketimbang emas meskipun sama-sama bertajuk logam mulia.
“Sejak awal tahun ini (pembelian perak), sampai harus inden,” ucapnya kepada CNBC Indonesia.
Nendia mengatakan alasan perak mulai dibeli karena lebih murah dibandingkan emas untuk investasi dan harganya yang mulai naik signifikan.
Diketahui harga perak terus melonjak, mendorong sebagian investor emas beralih ke perak.
Emas menjadi pusat perhatian, tetapi harga perak melonjak hampir sama tahun ini, naik 27% ke level tertinggi dalam lebih dari satu dekade.
Seperti halnya emas, investor yang gelisah memborong logam mulia, tetapi harga perak mendapat dorongan ekstra dari permintaan industri yang kuat, terutama dari pembuat panel surya.
Perak merupakan logam mulia yang banyak diperdagangkan di kalangan investor. Secara historis, perak telah digunakan sebagai penyimpan nilai dan alat tukar. Meskipun kurang populer dibandingkan emas, para pedagang dapat beralih ke perak untuk mendiversifikasi portofolio investasi mereka, karena nilai intrinsiknya atau sebagai lindung nilai potensial selama periode inflasi tinggi.
Para investor dapat membeli perak fisik, dalam bentuk koin atau batangan, atau memperdagangkannya melalui sarana seperti Exchange Traded Funds, yang melacak harganya di pasar internasional.
Harga perak dapat berubah karena berbagai faktor. Ketidakstabilan geopolitik atau ketakutan akan resesi yang dalam dapat membuat harga perak meningkat karena statusnya sebagai tempat berlindung yang aman, meskipun pada tingkat yang lebih rendah daripada emas.
Sebagai aset tanpa imbal hasil, perak cenderung naik dengan suku bunga yang lebih rendah. Pergerakannya juga bergantung pada bagaimana Dolar AS (USD) berperilaku karena aset tersebut dihargai dalam dolar (XAG/USD). Dolar yang kuat cenderung menahan harga Perak, sedangkan Dolar yang lebih lemah cenderung mendorong harga naik. Faktor-faktor lain seperti permintaan investasi, pasokan pertambangan, perak jauh lebih melimpah daripada emas dan tingkat daur ulang juga dapat memengaruhi harga.
Perak juga banyak digunakan dalam industri, terutama di sektor-sektor seperti elektronik atau energi surya, karena memiliki salah satu konduktivitas listrik tertinggi dari semua logam, lebih tinggi dari tembaga dan emas. Lonjakan permintaan dapat meningkatkan harga, sementara penurunan cenderung menurunkannya. Dinamika ekonomi AS, China, dan India juga dapat berkontribusi terhadap perubahan harga: bagi AS dan khususnya China, sektor industri besar mereka menggunakan perak dalam berbagai proses; di India, permintaan konsumen terhadap logam mulia untuk perhiasan juga memainkan peran penting dalam menentukan harga.
Harga perak cenderung mengikuti pergerakan emas. Ketika harga emas naik, perak biasanya mengikutinya, karena statusnya sebagai aset safe haven serupa. Rasio emas/perak, yang menunjukkan jumlah ons perak yang dibutuhkan untuk menyamai nilai satu ons emas, dapat membantu menentukan valuasi relatif antara kedua logam tersebut. Beberapa investor mungkin menganggap rasio yang tinggi sebagai indikator bahwa perak dinilai terlalu rendah, atau emas dinilai terlalu tinggi. Sebaliknya, rasio yang rendah mungkin menunjukkan bahwa emas dinilai terlalu rendah relatif terhadap perak.
Perak (XAG/USD) tetap tertekan selama tiga hari berturut-turut pada hari Jumat (20/6/2025), melemah lebih jauh setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan menunda selama dua minggu sebelum memutuskan apakah AS harus turun tangan dalam ketegangan Iran-Israel yang meningkat. Jeda ini telah meredakan sebagian premi risiko geopolitik yang baru-baru ini memicu aliran safe haven ke logam mulia, mendorong para pedagang untuk membukukan keuntungan dan menilai kembali posisi saat investor mencerna perubahan lanskap geopolitik.
Terakhir, perak diperdagangkan sekitar US$36,00 selama jam perdagangan Amerika, pulih sedikit setelah turun dari level terendah intraday di US$35,51. Logam ini menemukan beberapa dukungan di dekat Moving Average (MA) 100 periode pada grafik 4 jam, yang bertindak sebagai bantalan utama untuk harga di tengah kemunduran saat ini.
Bagi Anda yang berminat untuk membeli alat-alat elektronik terbaik dengan harga terjangkau bisa langsung mengunjungi Transmart. Bukan hanya di Jakarta, Transmart Full Day Sale juga bakal digelar di seluruh gerai Transmart se-Indonesia. Promo ini bisa dinikmati bagi pengguna kartu kredit Bank Mega, kartu kredit Bank Mega Syariah, dan aplikasi Allo Bank, mulai dari toko buka hingga tutup pukul 22.00.
Untuk itu, bagi yang ingin mengganti produk AC yang lama dengan yang baru, ini menjadi waktu yang tepat. Pasalnya Transmart memberikan diskon untuk AC Split 1 PK berbagai merek seperti Samsung, Polytron, LG, Panasonic, dan Sharp dalam Program Transmart Full Day Sale yang kembali digelar Transmart pada Minggu, 22 Juni 2025.
Produk Polytron AC Split 1PK dibanderol seharga Rp 3.299.200 dari harga normal semula Rp 4.549.000. Kemudian, Anda bisa mendapatkan Polytron Kulkas Side By Side 436L dengan harga sale Rp 6.599.200 dari harga normal Rp 9.299.000.
Selanjutnya, ada Sharp Mesin Cuci Front Load 7KG dengan harga diskon Rp 3.879.200 dari harga awal Rp 5.689.000. Tak ketinggalan, Transmart juga memberikan diskon untuk produk Samsung LED TV50″ UHD Smart dengan harga sale Rp 3.999.200 dari harga awal Rp 6.949.000.
Salah satunya di bidang pertanian dan peternakan yang membutuhkan intervensi terkait talenta digital.
Kepala BPSDM Komunikasi dan Digital Kementerian Komunikasi dan Digital, Boni Pudjianto mengatakan kementerian mengindetifikasi beberapa sektor yang membutuhkan pasokan.
“Yang terkait dengan agriculture, aquaculture.Jadi pertanian, peternakan, perikanan gitu ya. Health, education, logistics, tourism, finance, fintech. Itu area-area yang membutuhkan intervensi. Apalagi sekarang pertanian, itu dibutuhkan,” kata Boni di kantor Komdigi, Jumat (20/6/2025).
Selain itu ada juga logistik yang membutuhkan talenta. Karena menurut Boni, tidak mungkin pasokannya hanya sumber lokal saja tapi berasal dari beberapa lokasi yang berbeda.
Jika hal tersebut bisa dilakukan maka akan berdampak besar. “Jadi ini beberapa fokus. Komdigi mengadopsi area tersebut menjadi prioritas,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, dia menjelaskan soal gap talenta digital. Menurutnya hal itu bisa diisi oleh lembaga pendidikan yang dirasa masih kurang.
Salah satu yang bisa dihasilkan berasal dari vokasi. Karena orang dari lembaga pendidikan itu bisa memiliki skill yang bisa diserap oleh industri.
“Vokasi ini sangat dibutuhkan karena mereka memiliki skill ya yang lebih cepat untuk bisa diserap di dalam kebutuhan industri,” jelasnya.
Boni mengatakan gap digital ini butuh diisi. Jika tidak dikhwatirkan akan dihuni oleh masyarakat dari negara asing.
“Kalau kita kurang apalagi ini digital, itu akan diisi oleh teman-temannya dari negara-negara tetangga,” ujar Boni.
12 Juta Talenta Digital Dibutuhkan Sampai 2030
Dalam data yang dibagikan Boni, kebutuhan talenta digital terus mengalami peningkatan. Pada 2030 mencapai 12.092.110 orang naik dari kebutuhannya sudah terpenuhi 9.343.849 orang.
Jumlah itu naik dari tahun 2025, yakni kebutuhannya 10.930.616 orang juta dan ketersediaannya menjadi 6.960.767 orang.
“Nah gap itu yang dibagi sekarang berapa tahun ke depan Kalau enggak salah dihitungan yang ini adalah 6 tahun. 2025, 2026, 2027 sampai 2030.Gap itu dibagi ini, makanya kalau disitu nanti angkanya agak lain. Itu 450an sekian. Pertahunnya yang dibutuhkan,” kata Boni.
Dari jumlah tersebut masih butuh 2.748.260 orang selama lima tahun lagi atau 458.032 orang per tahunnya.
Jumlah ketersediaan itu juga terus naik dari 2023 hingga 2030, membuat gap talenta juga makin menipis. Misalnya tahun 2025 mencapai 3,9 juta orang.
Pada 2030, kesenjangan talenta digital masih terjadi di banyak wilayah Indonesia. Tertinggi berada di Jawa Tengah berjumlah 604.093 orang dan Jawa Timur sebesar 499.723 orang.
Namun pada beberapa wilayah mengalami kelebihan pasokan. Di Jakarta saja mencapai 225.014 orang dan Kepulauan Riau 28.496 orang.
Badai PHK Cetak Pengangguran di Mana-mana
Di tengah kekurangan talenta digital, sejumlah perusahaan di Indonesia diketahui baru saja melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran.
Tak kurang dari 3 juta pekerja di industri tekstil yang terancam kehilangan pekerjaan. Selain itu, sebanyak 70% pengusaha hotel serta restoran Jakarta disebut berencana melakukan efisiensi pegawai.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda menjelaskan adanya faktor daya beli dan permintaan yang berkurang. Saat permintaan berkurang maka akan berdampak pada produksi juga.
“Permintaan barang industri manufaktur yang berkurang menyebabkan berkurangnya produksi,” kata Nailul kepada CNBC Indonesia beberapa saat lalu.
Mengutip data S&P, angka Purchasing Managers Indonesia (PMI) di Indonesia memang menurun tajam. Dari sebelumnya 52,4 pada Maret 2025 merosot ke bawah 50, yakni angka 46,7 pada April dan Mei sebesar 47,4.
Angka PMI di bawah 50, menurut dia, menjadi pertanda kinerja industri manufaktur memburuk karena tidak ada ekspansi. Penyebabnya bisa dikarenakan tidak ada tambahan produksi industri manufaktur untuk dalam negeri.
“Dampak yang bisa terjadi ke depan adalah utilitas industri manufaktur akan semakin menurun. Bahkan untuk industri tekstil dan produk tekstil, utilitas industri bisa menurun hingga di bawah 50%,” jelasnya.
Hal ini bisa membuat PHK meningkat tajam, bahkan akan ada pelemahan industri mencapai 1,2 juta orang, menurut Nailul.
Selama ini, AI digadang-gadang sebagai faktor utama pekerjaan punah dan memicu PHK massal. Namun, Nailul mengatakan penyebab gelombang PHK baru-baru ini dipicu perang tarif Amerika Serikat (AS) dan pelemahan permintaan domestik akibat daya beli yang belum membaik.
“Pertama, dari perang tarif AS yang mengakibatkan penurunan permintaan produk secara global, termasuk dari Indonesia. Akibatnya produksi dalam negeri akan berkurang. Potensi PHK akan meningkat,” kata Nailul.
“Kedua, pelemahan permintaan domestik yang disebabkan oleh daya beli yang belum membaik. Daya beli masih sangat terbatas untuk di masyarakat kelas menengah ke bawah,” dia menambahkan.
Bursa Kerja Diserbu
Pada akhir Mei lalu, puluhan ribu orang rela mengantri demi ribuan lowongan pekerjaan di Job Fair Bekasi Pasti Kerja 2025 yang digelar Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat di President University Convention Center Jababeka, Cikarang.
Kapolres Metro Bekasi Kombes Mustofa menyebut pelamar yang datang ke bursa kerja tersebut diperkirakan tembus 25 ribu orang. Kepadatan yang terjadi membuat pelamar berdesak-desakan bahkan sampai ada yang pingsan.
“Dari informasi, memang ada beberapa orang yang pingsan. Tadi kalau penyampaian Pak Bupati, ada 25 ribu lebih (pelamar datang),” ujar Mustofa dikutip dari CNN.
Sebanyak 25 ribu pelamar tersebut rela mengantri dan berdesak-desakan demi mendapatkan 2.000 lowongan pekerjaan.
“Artinya ke depan kita harus membuka bursa lowongan pekerjaan berikutnya dengan kapasitas lebih dari 2.000 lowongan pekerjaan,” kata Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang seperti dikutip pada Selasa (28/5/2025).
Perhelatan bursa pekerjaan memang selalu ramai dan diminati. Namun, kali ini disorot karena saat ini Indonesia dihantam badai PHK yang menyebabkan pengangguran membludak dan persaingan mendapat kerja makin susah.
Realisasi kepabeanan dan cukai pada Mei 2025 mencapai Rp122,9 triliun, melesat 12,6% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Jumlah tersebut merupakan 40,7% dari target APBN 2025.
Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu mengungkapkan kenaikan kepabeanan dan cukai karena pengaruh kebijakan dan tarif.
“Bea Cukai ada bea masuk, bea keluar, dan cukai tren positif. Ada pengaruh kebijakan ketahanan pangan dalam swasembada juga ada faktor tarif,” ungkap Anggito pada konferensi pers APBN KiTa di gedung Menteri Keuangan pada Selasa (17/6/2025).
Adapun rinciannya adalah Bea Masuk sebesar Rp19,6 triliun atau 37% dari target APBN. Kenaikan ini dipengaruhi oleh kebijakan ketahanan pangan domestik yang sejalan dengan upaya swasembada. Selain itu dipengaruhi oleh utilisasi free trade agreement.
Kemudian bea keluar mencapai Rp13 triliun atau sudah mencapai 291,3% dari target APBN. Penerimaan dari bea keluar tersebut meningkat 69,1% yoy yang didorong oleh kenaikan harga CPO dan kebijakan ekspor konsentrat tinggi.
Penerimaan Cukai pada Mei 2025 tercatat mencapai Rp17,1 triliun. Jumlah tersebut melesat 146,8% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara penerimaan cukai pada periode Maret hingga Mei 2025 sebesar Rp50,6 triliun. Jumlah tersebut meningkat signifikan sebesar 25,4% year-on-year.