
Lebih dari 180 delegasi dari seluruh China dan negara-negara ASEAN pada Rabu (16/7) melangsungkan pertemuan di Nanning, China, untuk mengeksplorasi potensi transformatif kecerdasan buatan (AI) dalam mendorong pengembangan perempuan.
Dengan mengusung tema “Pemberdayaan, Berbagi, Inovasi: Kecerdasan Buatan dan Pengembangan Perempuan” Forum Pertukaran dan Kerja Sama Pengembangan Perempuan dengan ASEAN 2025 menandai edisi kesembilan sejak debut forum tersebut sebagai Forum Perempuan China-ASEAN pada 2006.
“Pertemuan ini mencerminkan urgensi yang semakin meningkat untuk menempatkan perempuan sebagai pusat transformasi teknologi di ASEAN, China, dan komunitas global yang lebih luas,” ujar sekretaris negara Kementerian Urusan Perempuan Kamboja Sok Chan Chhorvy dalam upacara pembukaan pertemuan itu.
Wakil Ketua Partai Wang Weiping menyoroti peran strategis Guangxi sebagai pintu gerbang ke Asia Tenggara, memanfaatkan ikatan budaya dan geografis untuk mendorong kolaborasi.
Wang mengatakan Guangxi sedang membangun ekosistem kecerdasan buatan lintas perbatasan yang mengintegrasikan penelitian dan pengembangan (litbang) terkemuka di dunia dari kota-kota besar, seperti Beijing, Shanghai, dan Guangzhou, dengan penerapan di kawasan ASEAN untuk menciptakan lebih banyak peluang bagi perempuan di era digital.
Upacara pembukaan itu juga disertai dengan penandatanganan perjanjian-perjanjian penting yang bertujuan untuk memperkuat pemberdayaan perempuan.
Forum yang berlangsung selama dua hari tersebut menampilkan diskusi meja bundar yang berfokus pada peran AI dalam memajukan perempuan, serta sebuah pameran yang menampilkan pencapaian kewirausahaan perempuan yang digerakkan oleh AI.
Banyak peserta acara memuji kepemimpinan China dalam bidang AI, mengutip inovasi China sebagai model bagi negara-negara ASEAN.
Mereka juga menyerukan kolaborasi China-ASEAN yang lebih kuat untuk menciptakan lingkungan digital yang inklusif bagi perempuan agar dapat berkembang.
“Kami mengupayakan hubungan yang lebih kuat dengan federasi perempuan di kawasan perbatasan China, serta dengan federasi perempuan di Vietnam, Laos, dan Kamboja, untuk memajukan e-commerce, perdagangan lintas perbatasan, perawatan kesehatan, dan pertukaran budaya, yang mendorong pertumbuhan bersama di era digital,” ujar Wakil Presiden pertama Serikat Perempuan Vietnam (Vietnam Women’s Union) Do Thi Thu Thao.