
Industri pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling rentan terhadap penipuan. Laporan terbaru Mastercard Economics Institute mencatat, kasus penipuan di sektor ini meningkat tajam sebesar 18% saat musim liburan musim panas dan melonjak hingga 28% saat musim dingin sepanjang tahun 2024.
Salah satu temuan utamanya adalah bahwa penipuan terkait pemesanan melalui agen perjalanan dan tur terjadi lebih dari empat kali lipat dibandingkan rata-rata penipuan di sektor industri lainnya.
“Setelah pembayaran dilakukan, tur yang dijanjikan bisa saja tidak pernah terjadi, atau sangat berbeda dari yang dijanjikan,” tulis laporan tersebut seperti dilansir CNBC International di Jakarta, Kamis (29/5/2025).
Namun risiko penipuan bervariasi tergantung kota tujuan wisata. Kepala Ekonom Mastercard Asia-Pasifik, David Mann menjelaskan, bentuk penipuan yang paling dominan berbeda-beda di setiap kota.
“Di beberapa kota, penipuan banyak terjadi dari sisi biro perjalanan. Di tempat lain, justru banyak berasal dari layanan makanan. Contohnya di Los Angeles, makanan menjadi sumber penipuan terbesar,” ujarnya.
Jakarta Masuk Daftar Kota Rawan Penipuan
Laporan ini mencatat, wisatawan melaporkan tingkat penipuan terendah di kota seperti San Francisco (AS), Dublin (Irlandia), Seoul (Korea Selatan), Budapest (Hungaria), dan Edinburgh (Skotlandia).
Sebaliknya, tingkat penipuan lebih tinggi tercatat di kota-kota seperti Cancun (Meksiko), Hanoi (Vietnam), Dhaka (Bangladesh), Bangkok (Thailand), dan Jakarta (Indonesia).
Di Jakarta, jenis penipuan yang paling banyak dilaporkan berasal dari layanan taksi dan rental mobil, yang mencakup 66% dari seluruh kasus penipuan yang tercatat. Sebagai perbandingan, angka ini hanya 2% di kota seperti Hong Kong dan Barcelona.
Sementara itu, penipuan dalam layanan makanan menjadi masalah utama di wilayah AS dan Timur Tengah, mencakup 63% kasus di New York City. Modusnya termasuk restoran yang mengenakan biaya berlebih, menambahkan tip tanpa izin, hingga mencuri data kartu kredit wisatawan.
Tak hanya saat perjalanan berlangsung, penipuan juga marak terjadi di tahap perencanaan dan pemesanan. Laporan menyebut penipuan saat booking naik lebih dari 12% sepanjang tahun lalu.
Modus yang digunakan termasuk foto hotel palsu, tautan konfirmasi palsu yang mencuri data bank, hingga promo “diskon besar” yang terlalu bagus untuk jadi kenyataan. Untuk menghindari penipuan, wisatawan disarankan menggunakan dompet digital, asuransi perjalanan, atau memesan dengan kartu kredit yang memiliki fitur perlindungan dari penipuan.