Harga emas dunia berhasil mencapai level baru sebesar US$ 2.720,24 per troy ons pada Jumat (18/10/2024). Kenaikan harga emas ini terjadi setelah beberapa hari berturut-turut mengalami peningkatan, mencerminkan tren positif di tengah ketidakpastian pasar global.
Mengacu pada data Refinitiv, hingga pukul 07:27 WIB pada Sabtu (19/10/2024), harga emas pada penutupan Jumat kemarin tercatat naik sebesar 1,03% dari hari sebelumnya yang berada di posisi US$ 2.692,55 per troy ons. Peningkatan ini melanjutkan tren positif sejak awal pekan dengan harga yang terus mengalami kenaikan, di mana harga pada Senin (14/10/2024) berada di level US$ 2.651,05 per troy ons.
Penguatan harga emas ini mendapat dorongan dari ketidakpastian geopolitik, terutama yang terjadi di Timur Tengah. Seiring meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut, investor global mencari aset yang lebih aman seperti emas, yang mendorong lonjakan permintaan dan harga.
“Ketidakpastian geopolitik terus menjadi fokus utama pasar, terutama dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah,” ujar Rhona O’Connell, analis dari StoneX, yang dilansir dari Reuters.
Pada pekan ini, harga emas telah mengalami kenaikan secara konsisten. Dari Selasa (15/10/2024), harga emas meningkat dari US$ 2.660,99 ke US$ 2.673,24 per troy ons pada Rabu (16/10/2024), dan kembali naik menjadi US$ 2.692,55 pada Kamis (17/10/2024). Hal ini menandakan bahwa emas terus berada dalam tren positif seiring ketidakpastian global yang kian memanas.
Harga emas melampaui level bersejarah US$ 2.700 per troy ons pada Jumat, didorong oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan ekspektasi kebijakan moneter yang lebih longgar. Menurut Alexander Zumpfe, pedagang logam mulia di Heraeus Metals Germany, konflik yang semakin memanas, terutama setelah Hezbollah mengumumkan eskalasi perang dengan Israel, membuat investor beralih ke emas sebagai aset safe haven.
Pernyataan dari Israel, Hamas, dan Hezbollah yang berkomitmen untuk terus berperang di Gaza dan Lebanon juga memicu kekhawatiran global, memperkuat daya tarik emas di tengah ketidakpastian pasar. Selain itu, ketidakpastian terkait pemilu AS dan harapan pelonggaran kebijakan moneter turut mendukung lonjakan harga emas.
Dilansir dari Reuters, emas telah mencatat kenaikan lebih dari 30% sepanjang tahun ini, didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral dan ketidakpastian geopolitik. Bahkan, Max Layton dari Citi memperkirakan harga emas bisa mencapai US$ 3.000 per troy ons dalam 6-12 bulan mendatang, seiring meningkatnya permintaan investasi.