Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani buka suara ihwal kendala memulai investasi atau membangun bisnis di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Salah satunya, kata dia, investasi terkendala modal dari bank. Katanya, perbankan saat ini masih akan melihat perkembangan dari IKN dulu.
“Saat ini yang jadi kendala bagi investor hotel masuk ke IKN adalah belum adanya dukungan dari perbankan. Jadi perbankan juga yang setelah kami cek semuanya itu mereka menyatakan bahwa mereka melihat perkembangan IKN dulu,” kata Hariyadi saat ditemui di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (12/8/2028).
“Jadi kalau misalnya hari ini ada seorang investor hotel mau ke sana, bank belum mau membiayai gitu loh. Walaupun porsinya pihak si investor equity-nya bisa lebih besar, bisa lebih dari 50% modalnya gitu. Itu belum tentu si bank juga mau. Jadi ini juga faktor yang menjadi pertimbangan,” sambungnya.
Ia pun menilai pertimbangan perbankan dalam menahan memberikan pinjaman modal merupakan hal yang lazim. Sebab, jika pembangunan dilakukan tanpa perhitungan yang tepat, akan dianggap sebagai suatu bisnis yang berisiko. Untuk itu, baik pengusaha hotel maupun perbankan saat ini masih akan mengikuti perkembangan pembangunan IKN.
“Sebetulnya sih itu lazim aja kan, karena dia selalu menghitung statistik kan. Nanti yang berkunjung ke sana berapa gitu kan. Dari situ bisa dihitung okupansinya. Nah kalau angkanya itu belum, istilahnya masih membuat pihak perbankan ragu ya dia pasti nggak mau. Kan dianggap berisiko. Jadi memang kita akan mengikuti perkembangan di sana dulu,” jelasnya.
Lebih lanjut, Hariyadi mengatakan, pengusaha hotel akan melihat dulu seberapa banyak peluang masyarakat dari luar daerah akan datang berkunjung ke IKN. Bilamana masih belum terlihat peluang okupansi yang sesuai, maka pengusaha hotel masih enggan berinvestasi di daerah tersebut.
“Karena ini masalah demand. Lebih kepada tamunya ada apa enggak, gitu kan. Mau dikasih relaksasi apapun kalau tamunya nggak ada ya percuma,” pungkas dia.